Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

What If

gimana kalau kita gak dikasih kesempatan untuk ketemu lagi? gimana kalau kita baru dipertemukan lagi setelah bertahun-tahun? setelah kita punya pasangan masing-masing dan setelah itu kita baru menyadari bahwa seharusnya dulu kita bisa menjalin hubungan yang lebih baik gimana kalau sampai sekian lama kita gak ketemu, kita masih menyimpan pertanyaan di hati masing-masing? oke, mungkin kamu enggak. tapi saya iya. gimana kalau SAYA masih punya pertanyaan yang bahkan gak pernah bisa saya sampaikan ke kamu dan itu terpendam terus selama bertahun-tahun? saya gak benci sama kamu tapi mungkin kamu yang benci sama saya who knows? kamu gak pernah bilang kalau memang saya nunjukkin tingkah yang 'jahat' ke kamu, itu cuma jenis pertahanan saya. jujur, saya gak mau sakit hati lagi lho daripada kamu gak ngerespon saya, mending saya duluan gak ngerespon kamu saya sama sekali gak ngerti sama kamu. sumpah. we were dealing ourselves as a friends. but you don't even act like one so sad huh? tem

-

“Waktu adalah sebagai raksasa yang besar, yang tak kunjung-kunjung berhenti berjalan, masuk rimba keluar rimba, masuk padang keluar padang. Disini menyeberang lautan, disana mendaki gunung menuruni lurah, tak pernah payah, tak dapat diusik, ditahan atau diganggu. Pekertinya tak tentu; ada kalanya ia ganas; kejam; bersalah tak bersalah dirusaknya, dihancurkannya. Tapi ada pula masanya ia pengasih pengiba, halus dan lembut sebagai seorang Ibu. Apa yang dengan kejam dihancurkannya diribanya denan tangannya yang besar itu sehingga sempurna kembali. Sungguh, isi dunia ini semua permainannya, disepakragakannya sekehendak hati; sebentar dihembuskannya ke udara dan seketika lagi dihempaskannya pula ke bumi.”

Surat Cinta Yang Ganjil

1. cintaku yang besar, cintaku yang tulus, 2. telah hilang, menguap, dan kini rasa benciku 3. berkembang setiap hari. ketika melihatmu, 4. aku tak ingin lagi melihat wajahmu sedikitpun; 5. satu hal yang sungguh ingin aku lakukan adalah 6. mengalihkan mata ke gadis(pria) lain. aku tak lagi mau 7. menikahkan aku-kau. percakapan terakhir kita 8. sungguh, sungguh amat membosankan dan tak 9. membuat aku ingin bertemu kau sekalilagi. 10. selama ini, kau selalu memikirkan dirisendiri. 11. jika kita menikah, aku tahu aku akan menemu 12. hidupku jadi sulit, dan kita tak akan menemu 13. bahagia hidup bersama. aku punya satu hati 14. untuk kuberikan, tapi itu bukan sesuatu 15. yang ingin aku beri buatmu. tiada yang lebih 16. bodoh dan egois dari kau, kau tak pernah 17. memerhatikan, merawat dan mengerti aku. 18. aku sungguh berharap kau mau mengerti 19. aku berkata jujur. kau akan baik sekali jika 20. kau anggap inilah akhirnya. tidak perlulah 21. membalas surat ini. surat-suratmu dipenuhi 22. ha

Kiriman Lama :)

satu tahun memang bukan waktu yang singkat. dari awal perkenalan kita, berlanjut ke keseriusan untuk menjalin hubungan, berkomitmen untuk saling mengerti, saling menerima, dan saling melengkapi satu sama lain. bukan hal yang mudah, memang. tapi kita telah membuktikannya bahwa kita bisa melewati itu. tapi hari ini, sungguh aku merasa kekuatanku telah habis. tak ada lagi kata 'saling' diantara kita. kau berenang kedaratan, dan aku tenggelam dilautan yang bernama keegoisanmu.  ini bukan pertama kalinya, kau membiarkan aku untuk berjuang mempertahankan cinta sendirian. sadarilah, aku jauh dari sempurna. aku hanyalah seorang perempuan biasa dengan kadar kekuatan hati dibawah normal. dengan kerapuhan ini, yang harusnya kau genggam erat-erat tapi kau malah membiarkannya remuk, hancur, tak berbentuk lagi. kau, yang harusnya denganmu aku merasa aman, merasa nyaman. tapi malah membuatku merasa takut padamu. ini sungguh bukan kamu yang aku kenal dulu. kau semakin tak bisa mengendalikan d

7 Maret 2012

romansa dalam balutan senja. di antara segelas kopi hitam panas dan cerita yang bergulir tentang aku, kamu, dan kekasihku. -YK, 2012 "hujan selalu membunyikan alarm rindu tentang kamu. hebat." Retno Mouri

Berhanya Jawab

"Kenapa kau tempatkan aku di lorong gelap?" ── "Agar kau selalu tahu cara mencintai cahaya." “Bila aku sebuah warna, akan kauberi nama apa?” ── “Carmine.” "Siapa yg paling sering kau bayangkan akan pergi?" ── “Kamu. Bersama sebagian dan seluruhku.” "Sebanyak apa rindu yg sanggup kau jatuhkan?" ── "Jangan coba- coba menghitung tetes hujan." “Kenapa hati yg patah tidak berbunyi?” ── “Karena telingamu sedang tidak ingin mendengar apa-apa.” "Lalu aku berhenti mencintaimu, apa yg akan kau lakukan?" ── "Menghapus kata berhenti." “Kau tahu terkadang ada kata- katamu yg menyakitiku?” ── “Aku mungkin tidak tahu, tapi aku pasti tidak mau.” “Pergi ke mana doa-doa kita yg tidak Tuhan kabulkan?” ── “Kepada amin yg lebih membutuhkan.” “Aku hujan, lalu kau?” ── “Halaman rumah seorang penyuka Petrichor.” "Apa kabar rumahmu?" ── “Beberapa jendela masih dibiarkan terbuka, agar doa lanc