Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Bukan Surat Terakhir

Selamat pagi, Lagi, aku menulis surat untukmu. Surat kesekian yang tak pernah disampaikan tukang pos. Mungkin kau tidak pernah sekalipun membacanya. Tak mengapa, aku hanya ingin menuliskannya saja. Karena ketidakmampuanku berbicara secara langsung, ketidakberdayaanku untuk bertemu secara tatapmuka, hanya ini yang bisa kulakukan. Ada rasa yang berbeda setiap kali aku menuliskan surat-surat ini. Aku seperti masih bisa melihatmu, aku seperti masih bisa berbicara denganmu. Aku seperti berada didekatmu. Itu yang membuatku gemar menulis surat untukmu. Do'aku kepada Tuhan masih tetap sama. Aku masih berharap bisa kembali ke kotamu itu. Menemuimu, atau sekedar melepas rindu menatap bangunan dan jalanan yang entah sudah jauh berbeda atau masih tetap sama seperti empat tahun silam. Ya, empat tahun. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu, mas. Aku tidak pernah tahu apa yang akan terjadi padaku satu detik kedepan-pun. Sesuatu yang buruk bisa saja terjadi tanpa direncanakan. Aku tahu,

11 Maret tahun ke empat

Hai, selamat malam (lagi) Entah ini malam keberapa setelah perpisahan itu dan aku masih merindukanmu. Empat tahun berlalau. Banyak hal yang "masih" saja kulakukan untuk mengingatmu. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah disana kau masih mengingatku dengan baik? Perjumpaanku denganmu memang hanya sebentar. Tapi aku harap aku meninggalkan cukup kenangan manis untuk kau ingat. Aku merindukanmu!! Aku merindukanmu!! Ah, tidak bisa kah kau menghubungiku. Sekedar bertanya bagaimana keadaanku, atau tentang kesibukanku. Aku semakin kacau. Aku membutuhkanmu. Hubungi aku! 😢

2 Maret 2016

Meski sedikit terasa berbeda, aku masih ingin tetap menjalaninya. Awal yang buruk memang, tapi aku lelah untuk berhenti dan mengulang semuanya dari awal.