Percakapan Tentang Terbang Dua Elang

“Bulan depan ada lomba terbang di negeri seberang. Kau ikut?”

“Tidak.”

“Kenapa?”

“Aku tidak tertarik. Aku tak pandai terbang.”

“Bukankah sekarang ini kau justru sedang belajar terbang?”

Ia terdiam dan memandang langit biru yang membentang indah di atas sana. Langit yang indah. Ia selalu mengagumi langit dan siapapun yang dapat terbang bebas di atas sana. Terbang dengan bebas, dengan gagah.

“Aku belajar terbang bukan untuk terbang selamanya.”

“Aku masih belum paham.”

“Aku belajar terbang karena aku ingin pergi jauh ke tepi pantai yang akan mempertemukanku dengan samudera. Di sana aku akan kembali menjadi diriku. Aku akan mengeluarkan sirip yang selama ini tersembunyi di balik sayap buatanku.”

“Kau tak akan jadi elang lagi?”

“Menjadi elang yang selalu tampak bodoh dan tak tahu terbang, maksudmu?”

“Jangan berkata seperti itu.”

“Hahaha. Aku tidak sedang berpikiran negatif. Aku mengatakan itu justru karena aku tahu siapa diriku sebenarnya. Aku bukan elang sepertimu, seperti yang lainnya.”

Ada kilatan sedih saat ia mengatakan itu sambil melihat sayapnya yang sebenarnya sudah mulai indah. Tapi ia tahu ia tidak akan pernah benar-benar merasa ‘hidup’ di tempat ini. Angkasa yang tampak tak berbatas itu justru tak pernah membuatnya merasa bebas.

“Tapi kau tahu, kau adalah elang paling pengertian yang pernah ku temui. Esok lusa jika kau merindukanku, hinggaplah di atas karang saat laut sedang surut. Aku akan naik ke permukaan dan menemuimu di sana.”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wong Jawa Nggone Semu, Sinamun ing Samudana, Sesadone Ingadu Manis

Rectoverso (Quote)

Nidji - Jangan Lupakan