Perpisahan (lagi)

"Setiap perpisahan adalah pintu untuk pertemuan-pertemuan baru"

Aku begitu menyukai pertemuan, dan sangat membenci perpisahan. Entah sudah berapa pertemuan yang berakhir dengan perpisahan. Tapi itu adalah siklus yang mau tak mau harus aku lewati, harus aku alami. Baiklah, siapa yang menyukai perpisahan? Rasanya semua manusia pun sama.
Beberapa perpisahan bahkan meninggalkan airmata dan luka yang begitu mendalam. Perpisahan dengan Ibuku, juga denganmu misalnya.

Belakangan kesabaranku benar-benar diuji sepertinya.
J, sahabat dekatku.
Ya, yang kamu tahu dia adalah satu-satunya teman dekatku. Teman sedari usiaku 1tahun, dan kita sudah bersahabat lebih dari 18tahun.
Sebuah insiden membuatnya terpaksa meninggalkanku. Ibunya memaksanya untuk pindah ke kota kelahiran Ibunya, Sukabumi.
Aku tak pernah menyangka kajadian seperti drama ini akan menimpaku. Menimpa satu-satunya sahabatku. Itu yang membuat Ramadhan tahun ini begitu pilu .
Kemudian Rosini, teman tidurku selama hampir dua tahun terakhir ini.
Baiklah, mungkin perpisahan ini lebih terdengar "bahagia". Karena temanku yang satu ini akan segera melepas masa lajangnya sepekan setelah hari raya.
Ya, aku bahagia mendengarnya. Tapi perpisahan tetaplah perpisahan.
Tidak ada lagi dia yang menjadi teman tidurku, teman berbagi, dan teman yang menemani hari-hari lelahku selepas pulang bekerja.
Kami tinggal satu kontrakan, dan ini adalah 2 malam terakhir kami sebelum akhirnya libur panjang hari raya. Dan kami semua pulang ke kampung halaman kami masing-masing.

Andai saja aku bisa sedikit mengulur waktu, agar waktuku bersama teman-temanku sedikit lebih panjang.
Tapi apa dayaku, apa kuasaku.
Sekali lagi waktu menamparku, menegaskanku bahwa "dimana ada pertemuan disitu akan ada perpisahan"
Entah, apakah hanya aku yang merasakan kesedihan ini, ataupun mereka ikut merasakannya juga. But, whatever happened to me, life must go on. Everythings gonna be okay. Percayalah, akan ada pertemuan-pertemuan baru untukku, untuk kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wong Jawa Nggone Semu, Sinamun ing Samudana, Sesadone Ingadu Manis

Rectoverso (Quote)

Nidji - Jangan Lupakan