Kepada Ayah

Ayah..
Aku tahu engkau lelah,
Aku paham risau dan gelisahmu,
Dan di usiaku sekarang aku mengerti bagaimana perjuanganmu selama ini.

Ayah..
Aku ingin kukeluhkan semuanya hari ini.. ku mohon dengarkan. Cukup engkau dengarkan.

Ayah..
Mungkin apa yang sudah aku lakukan untukmu sampai detik ini belumlah berarti apa-apa. Betapa tak berartinya. Semua ini belum bisa kusebut sebuah perjuangan. Ini hanya seberapa. Bila dibandingkan dengan apa yang engkau beri untukku, untuk kami anak-anakmu.

Ayah..
Sungguh, bukan aku melupakanmu.
Tak ada dalam pikiran dan hatiku, untuk menghilangkanmu. Tidak ada.
Justru dalam setiap langkah ini, setiap hembusan nafas ini, aku selalu mengingatmu. Merindukanmu.

Ayah..
Jika kau kecewa padaku hari ini, kumohon ampunanmu.
Semua amarah, kata-kata bernada keras, juga ketika aku memilih diam tak berbicara padamu.

Ayah..
Maafkan aku..
Maafkan aku..

Ayah..
Aku hanya sedikit lelah,
Aku tahu, tak seharusnya aku mengeluh seperti ini, jika kuingat lagi bagaimana usaha yang kau lakukan untuk membahagiakan kami, anak-anakmu. Kau tak pernah mengeluh.
Ayah..
Pikiranku sedang kacau..
Dan aku tahu, itu bukan alasan.
Lalu aku mengingat lagi, bagaimanapun masalah yg menimpamu, kau tak pernah menunjukannya didepan kami.
Seharusnya aku bisa menjaga perasaanmu. Dan lagi, maafkan aku ayah..

Ayah..
Hatiku tak setegar hatimu, aku jauh lebih rapuh dari ranting yg kering.
Aku tak mampu sepertimu.
Aku tak bisa.
Ayah..
Hanya kau satu-satunya yang kumiliki didunia ini.

Ayah...
Aku aku tak pernah marah, aku tak pernah iri, kepada mereka yg hidupnya jauh lebih bahagia dariku. Ini bukan salahmu.
Aku jauh lebih berbahagia memilikimu, Yah.

Ayah..
Maafkan jika sampai ini masih belum bisa membahagiakanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wong Jawa Nggone Semu, Sinamun ing Samudana, Sesadone Ingadu Manis

Rectoverso (Quote)

Nidji - Jangan Lupakan