ocehan yang 'so puitis' juga 'gajelas'


Masih aku simpan fotomu, terbingkai dengan rapih. Seperti aku menyimpan setiap detik yang pernah kita lewati.
Ketika waktu membuat gambar wajahmu tampak using, kurasakan sedih dalam hato.
Akankah, kenangan dirimu, akan ikut menjadi using dimakan waktu?
Meski aku tak tahu bagaimana kamu disana, tak tahu apa yang kau rasa
Aku akan berusaha , berusaha membuat kau tak hilang dari hatiku.
Meski semua memaksa pikirankuuntuk tidak memikirkanmu,
Aku akan berusaha , berusaha membuat kau tak hilang dari pikiranku

Pernah aku mencoba, mencari sosok dirimu dalam diri yang lain. Tapi aku tak menemukanmu disana.
Sesekali aku menangisimu, kenapa aku dan kamu tak pernah menjadi kita?
Beri tahu aku, kemana aku harus bertanya bagaimana cara melupakanmu?
Oh, tidak perlu! Aku tidak akan melupakanmu. Tidak akan pernah. Karena semakin aku mencoba melupakanmu, rasanya semakin sakit.
Kamu disana, pernahkah kamu mengetahui seberapa besar rindu ini bersemayam dihatiku? Semakin lama, rindu ini semakin tumbuh dan besar.
Pernahkah kamu berfikir tentang rindu ini?
Rindu ini, dihati ini. Sudah seperti tumor ganas yang semakin hari semakin menggerogoti, perlahan namun  pasti akan membunuhku.
Kepada Tuhan tlah ku beri tahu.
Seluruh dunia pun tlah mengetahuinya.
Hanya kamu, hanya dirimu yg mungkin tak pernah tahu tentang ini.

Seribu tanya menghantui hati dan pikiranku
Kenapa? Kenapa aku harus bertemu denganmu, lalu kini kita harus  berpisah?
Kenapa harus pada dirimu aku menyimpan rasa seperti ini? Rasa yang entah apa namanya. Yang sedang kurasa.
Tak pernah aku  tahu apa yang harus aku lakukan. Bertahan dengan menyimpan rasa ini. Sakit. Ini membuatku sakit. Sakit sekali. Melupakanmu dan membuang jauh rasa ini. Sama sakitnya. Aku merasakan sakit yang sama. Lantas aku harus bagaimana?
Menangisimu, tak akan merubah segalanya.
Membencimu, aku tak sanggup.
Memohon dirimu untuk datang padaku, tentu itu tak mungkin.

Waktu, mampukah engkau mengobati luka ini? Waktu, akankah aku menemukan dia yang lain? Waktu beri aku jawabmu…

Mungkin kamu berfikir aku terlalu dramatis. Tapi aku tak pernah mendramatisir keadaan. Semua seperti ini adanya. Kamu harus tahu itu.

Gila, aku mulai gila dengan semua kebodohan ini. Haha…
Berharap ada peristiwa yang tiba – tiba membuat memori diotakku hilang. Agar aku tak lagi memikirkanmu dan mengingatmu.  Aku juga dapat melupakanmu tanpa menyakiti hatiku sendiri.

Kala itu benar aku mencintaimu...
Dan yang ku tahu kau pun begitu
Tapi waktu terlalu cepat memisahkan kita
Jarak yang harus ku tempuh pun tidaklah mudah. Itu sangatlah jauh
Setelah perpisahan itu aku tak yakin kita akan bertemu lagi
Tapi aku tetap mencintaimu…
Meski ruang dan waktu benar – benar memisahkan kita
When you said that you want me to be yours, I am so glad. But, I think once again to say “I do”
Sebelum aku mencintaimu lebih jauh lagi, aku memintamu untuk pergi dan menjauh.
Itu semua ku lakukan, karena aku tak ingin kelak akan tersiksa dengan jauh darimu.
Dan aku pun tak yakin kau dan aku kan bertemu kembali
You did it, and you did it.
Dan kini, aku lebih tersiksa dari apa yang kubayangkan
Ku pikir, aku akan kuat. Aku akan sanggup. Tapi ternyata aku tak sekuat itu.
Setelah kau jauh kini, siapa yang patut ku salahkan? Dirikukah?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wong Jawa Nggone Semu, Sinamun ing Samudana, Sesadone Ingadu Manis

Rectoverso (Quote)

Nidji - Jangan Lupakan