Sekali lagi, hanya diam..

Karena kelemahanku ini, ketidak berdayaanku ini, aku hanya bisa memendam rindu ini sendiri. Diam-diam, aku masih menangisi ke"tidak ada"an mu dihidupku sekarang. Diam-diam aku merapalkan namamu dalam setiap do'aku. Diam-diam aku masih berharap dapat bertemu denganmu lagi.

Aku yakin, kau tahu betul bagaimana perasaanku saat pesanmu muncul diponselku.
Saat itu, hatiku bertanya-tanya... bagaimana dengan perasaanmu?
Terkadang, sosokmu hadir bak seorang pangeran paling baik hati senegeri dongeng. Tapi seketika kau berubah menjadi sangat jahat, bahkan lebih jahat dari tokoh terjahat yang pernah ada.
Sengajakah?

Hm, atau mungkin hanya aku yang menilainya berlebihan.

Kau tetap sama seperti dulu, tetap menjadi misteri. Selamanya misteri.
Mungkin takkan pernah terpecahkan.

Lihat, bahkan dalam diamku berisik sekali membicarakanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wong Jawa Nggone Semu, Sinamun ing Samudana, Sesadone Ingadu Manis

Rectoverso (Quote)

Nidji - Jangan Lupakan