1 Agustus 2014

Entah, harus apalagi yang aku tulis disini. Aku masih sangat ketakutan. Aku masih merasa ada seseorang yang mencekikku sangat kuat. Hingga aku tak bisa bernafas. Perasaan ini, antara rasa bersalah, penyesalan, dan rasa sedih berkecamuk disini. Sungguh sesak Ya Allah, sangat sesak.

Ini tak seperti saat aku harus berlari mengelilingi lapangan sepakbola disekolahku untuk tes kebugaran jasmani. Ini juga tak seperti saat salah seorang temanku tak sengaja melepaskan tanganku saat kami berada ditengah kolam renang. Ini jauh lebih sesak daripada itu. Ya Allah, ampuni aku.

Aku bersyukur, aku masih memiliki dua orang sahabat yang menurutku mereka jauh lebih bijak dan dewasa daripada aku. Setidaknya aku tak mememndam rahasia ini sendirian. Tapi tetap, aku masih dan harus aku sendiri yang menanggung resikonya. Semua resikonya.
Aku belum bisa membayangkan, bagaimana jadinya aku nanti. Disaat hari "kehancuran untuk aku" itu datang.
Astaghfirullahaladzim...
Kemana nanti aku harus pergi?
Kemana nanti aku harus berlari?
Aku takut Ya allah, aku takut...

Aku yang selama ini selalu menentang papap, menentang A Eka dan melawan orang-orang yang menurutku menghalangi aku untuk meraih mimpi dan cita-citaku. Aku pikir aku mampu meraih semuanya, aku pikir aku mampu melewati jalan yang panjang ini sendirian.
Tapi ternyata aku lemah, aku tak pintar, aku terlalu bodoh, bahkan sangat bodoh.
Aku tersesat Ya Allah..
Aku kehilangan arah..
Aku sekarang tak tahu harus pergi kemana lagi.
Padahal cita-citaku belum aku raih, semua mimpi-mimpiku. Semua harapan dan angan-anganku. Masih banyak yang ingin aku capai. Apa harus semuda ini aku hancur Ya Allah?
Aku belum siap.
Astaghfirullahaladzim,..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wong Jawa Nggone Semu, Sinamun ing Samudana, Sesadone Ingadu Manis

Rectoverso (Quote)

Nidji - Jangan Lupakan