Pertemuanku dengan para "malaikat" :)

Hari ini untuk pertama kalinya lagi aku mengantar adikku sekolah. Biasanya Papap yang mengantar-jemput adikku. Dia tidak suka jika ada yang menunggunya disekolah, mungkin malu, karena memang teman-teman sekelasnya tak ada yang ditunggu.

Rupanya kami datang terlalu pagi, aku pikir hari ini angkot akan mogok narik, pasalnya didaerah kami BBM sedang langka-langkanya, dan itu mengharuskan kami berangkat pagi agar kami bisa dapat angkot.

Saat aku dan adikku turun dari angkot, aku hanya melihat beberapa anak berseragam putih biru didepan gerbang sekolah. Tidak ada yang nampak berbeda dari mereka. Mereka bercandagurau satu samalain layaknya anak-anak pada umumnya. Dalam hati aku bertanya, apa yang membuat mereka berbeda sehingga para orangtuanya menyekolahkan mereka disini? Bukankah mereka sama seperti yang lain, sama sepertiku juga?
Sudahlah, tak payah aku memikirkannya. Aku tersenyum dan mereka membalas senyumamnku.
Benar, kami memang berangkat terlalu pagi. Aku mulai jenuh menunggu adikku hanya sendiri, padahal belum lewat 20menit.
Teman-teman adikku satupersatu menghampiri aku dan adikku yang sedari tadi duduk didepan kelas.
Oiah, aku perkenalkan.
Yang pertama namanya Anwar, tapi kami memanggilnya Away. Away sama seperti adikku. Dia seorang tunarungu juga. Tapi aku rasa dia masih mampu mendengar tanpa bantuan alat bantu dengar. Sedang adikku tidak. Kami berbincang-bincang ala teman. Dia sudah pandai menulis dan membaca.Dia juga mengerti banyak gerakan tangan. Aku harap adikku bisa sepertinya, tapi memang sulit mengajari adikku tanpa alat bantu dengar.

"Do'ain teteh ya De, biar bisa beliin ade alat bantu dengar..."

Karena aku hanya sendirian, beberapa adik kelas Gigin menghampiriku. Aku tidak sempat menanyakan nama-nama mereka. Seolah mereka sidah kenal baik denganku, mereka langsung bercerita padaku tentang pengalaman mereka kemarin berkemah, juga beberapa perlombaan yang mereka ikuti saat perayaan 17an.
Sedikit demi sedikit akupun mengerti apa yang mereka ceritakan, aku menanggapimya diiringi dengan senyum pertanda aku menghargai cerita mereka. Bahkan saat bel berbunyi, mereka masih tetap ingin bercerota denganku.
Ah, Tuhan.
Rasanya disini aku temukan malaikat-malaikat lain yang menemani adikku.
Aku yakin, adikku dan mereka adalah malaikat yang tersesat, lalu turun ke Bumi.
Sosoknya memang berbeda, tapi kehadirannya sungguh menjadikan Bumi terasa hangat.
Aku beruntung dapat memiliki salahsatu malaikat-Mu.

Teman adikku yang kedia, namanya Alisa. Kami sering memanggilnya Ica. Dia perempuan yang sangat cantik. Senyumnya yang selalu tersungging dibibirnya menambah manis paras cantiknya. Dia satu-satunya murid perempuan dikelas adikku. Dia tak banyak bercerita. Sesekali dia hanya tersenyum saat aku meliriknya.

 Kanan: Syaiful Mujahid, Kiri: Michael Faza P.



Sepulang sekolah, kami sempatkan berfoto dulu.... takut-takut besok gak bisa nganter ade sekolah lagi:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wong Jawa Nggone Semu, Sinamun ing Samudana, Sesadone Ingadu Manis

Rectoverso (Quote)

Nidji - Jangan Lupakan